Wednesday, June 3, 2009

Benih

Suatu ketika ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu.

Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun tidak demikian dengan anaknya yang masih belia.

”Ayah, aku ingin bertanya...” terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang. ”Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah dan bisa membawa dagangan kita ke kota?” lanjut sang Bocah,”Sepertinya aku tak akan bisa besar.Tubuhku ramping seperti Ibu,berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar.Kupikir aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini.”
Jari tangannya tampak menggores-gores sesuatu diatas tanah. Lalu ia melanjutkan,”Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu Ayah?”

Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih diatas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar.
Kemudian ia pun mulai bicara.”Nak,jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan,daun dan rantingnya juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini.Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama.

Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun.”Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan air,angin dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh.Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar.”
”Suatu saat nanti kamu akan besar nak, jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran”.



Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah setelah mereka seharian bekerja.

Pedagang itu benar. Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan, dan sedih dengan ketidaksempurnaan. Kita pernah merasa kecil,tak mampu, tak berdaya dengan segala persoalan hidup dan bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian.

Teman, kita adalah layaknya benih kecil itu, yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal. Namun, akankah benih dapat tumbuh besar tanpa bantuan tiupan angin,derasnya air hujan dan teriknya sinar matahari?
Begitupun kita, dapatkah kita berhasil,besar dan sukses tanpa pernah merasakan hembusan angin ”masalah”,derasnya air ”musibah” serta teriknya matahari ”persoalan” ?
Tidak teman, setiap manusia yang mempunyai kesabaran,keberanian dan semangat juang yang tangguh akan menemukan jalan keberhasilan.

No comments:

Post a Comment